[Review Anime] Ore Monogatari

Belakang ke depan: Makoto - Rinko - Takeo

Basic Information: http://anidb.net/perl-bin/animedb.pl?show=anime&aid=10918



Ngelantur Sebentar:

Siapa yang suka permen? (sayaaa...!)
Siapa yang suka coklat? (sayaaa...!)
Siapa yang suka cake? (sayaaa...!)
Siapa yang suka gulali? (say--- #bletak #disambit)

Bayangkan seandainya semua makanan manis tersebut disulap menjadi sebuah anime. Sim salabim, jadi apa prok prok prok! Jadi apa hayo??

Jadilah...!

俺物語!! ; Ore Monogatari!! ; My Love Story!! [1]

24 episode berbalut gula-gula plus rasa fuwa-fuwa yang berpotensi membuat Anda tergila-gila! Plus sakit gigi dan diabetes, mungkin?

[1] = jelas banget kalo huruf kanji-nya dibaca secara literal, artinya cuma "My Story". Tapi judul official-nya dalam bahasa Inggris adalah "My Love Story".



Sinopsis:

Nama gue Gouda Takeo, cowok tinggi kekar masih kelas 1 SMA, pergi ke sekolah suka naik kereta. Gue punya temen akrab sejak gue masih bocah, Sunakawa Makoto, biasa gue panggil Suna. Dia itu seorang cowok ganteng yang selalu digilai cewek-cewek di sekitarnya. Apa daya, gue yang terlalu menyeramkan ini mana bisa kayak Suna.

Suatu hari sewaktu naik kereta ke sekolah, gue ngeliat seorang cewek yang nyaris jadi korban grepe-grepe. Pelecehan, maksudnya. Langsung aja gue selametin cewek tersebut sebelum terlambat.

Nggak gue sangka-sangka. Cewek itu, Yamato Rinko, malah jadi berkah buat gue.
Sang putri keraton, Yamato Rinko. #eh



Review:

Jurus Beauty and the Beast kembali digunakan dalam sebuah anime. Yang satu kurang secara fisik, yang satu kebalikannya. Ini adalah anime kedua yang saya pernah tonton dengan pakem seperti itu, setelah Kimi ni Todoke beberapa tahun lalu.

Tapi tentu dengan keunikannya tersendiri.

Kelebihan!
"Siap, masbro!"

Poin nonjok no.1 - Unique romance!

Banyak anime bergenre romance (apalagi yang disertai drama) berfokus pada apa yang terjadi sebelum jadian atau pergelutannya menyadari perasaan di hati. Maksimal bercerita sampai titik protagonis cowok dan cewek mulai pacaran.

TAPI! Tidak dengan Ore Monogatari. Baru beberapa episode awal, Takeo dan Rinko udah jadi sepasang kekasih. Apa artinya? Fokus cerita adalah bagaimana cara mereka menjalani kisah cinta setelah jadian. Meski nggak ada drama-dramaan ala NagiAsu apalagi Shigatsu, tapi saya berhasil dibuat terpaku. Nggak bisa lepas hingga seluruh 24 episode selesai ditonton! Hal ini cocok banget bagi yang ingin mencari anime romance yang beda dari yang lain.

Well, kata orang sih masa yang paling greget itu masa PDKT. Tapi anime ini sukses membantahnya, jika memang bertemu pasangan yang tepat.
Tebak apa yang terjadi selanjutnya? XD

Poin nonjok no.2 - Karakter!

Takeo itu damn awesome! Saya yang biasanya lebih mengagumi protagonis cowok berotak encer, taktis, strategis, dan mengutamakan otak dari pada otot, harus merendahkan diri kali ini. Meski fisiknya mirip gorila, tapi gentlemen luar biasa. Belum lagi sifat altruistiknya itu... wow. Kebesaran hatinya berbanding lurus dengan fisik raksasanya! Juga salut untuk kelakuan konyol-konyol bahlulnya yang berhasil bikin saya ngakak total. XD

Sang pujaan hati Takeo, Yamato Rinko, pun dibikin nggak kalah menarik. Sebagai seorang yamato nadeshiko (nice pun in Japanese! XD) yang jago bikin makanan yang manis-manis, cewek yang satu ini bener-bener kompatibel 100% dengan Takeo, membawa jalan cerita pada momen-momen yang amat barokah dan unyu-unyu. Pokoknya cewek yang satu ini nggak kalah manis dengan segala macam kue yang dibikinnya di sepanjang anime deh! d(≧∀≦)

Siapa lagi?

Tentu buat best friend Takeo, Sunakawa Makoto! Cowok cool dan ganteng ini sukses menjalankan fungsinya sebagai support character dengan amat sangat baik. Analoginya Suna itu mirip pilar yang posisinya krusial di satu bangunan. Begitu pilar itu dihancurkan, bangunannya langsung roboh. Kemampuannya membaca situasi sangat melengkapi Takeo yang sering blank dengan sekitar. Juga nggak ragu untuk membantu temennya itu dalam segala hal tanpa menonjolkan diri. Bener-bener true friend!

Bukan cuma mereka. Sederetan secondary character di sepanjang anime pun dibuat sedemikian rupa sehingga bisa menghasilkan serangkaian event baru yang luar biasa bagus dalam alur cerita. Penonton pun bisa memahami lebih dalam karakter-karakter utamanya melalui interaksi dengan secondary character.
BUSET DEH ITU TANGAN GEDE BENER

Poin nonjok no.3 - Seiyuu!

Buat yang udah nonton, siapa sih yang nggak terkesima dengan suaranya Takeo? Sang seiyuu, Eguchi Takuya, sukses besar memberi nafas pada karakter Takeo yang masculine-passionate. Gilanya lagi, sebelumnya dia mengisi suara karakter stoic, berbeda 180 derajat dengan di sini! (Hachiman dari Oregairu)

Lalu... Rinko. Kepribadian manis-manis angetnya itu terasa hidup dengan suara sang seiyuu, Han Megumi. Saya nggak bisa bilang suaranya moe-moe basah gimana gitu, tapi yang jelas berhasil bikin telinga saya meleleh dengan nada dan cara bicaranya yang haluuuusssss banget.


Poin nonjok no.4 - Sweet and innocent!

Seperti yang udah saya katakan di awal, inilah yang amat sangat nonjok sekali dari Ore Monogatari, sekaligus bikin saya ketagihan sampai 24 episode berakhir.

Kita nggak disuguhkan permainan romantika berbalut drama picisan, tapi kepolosan Takeo dan Rinko dalam menjalani masa pacaran. Mulai dari sekedar pegangan tangan sampai berani mempertahankan pasangan, semuanya diceritakan secara manis-manis anget. Nggak ada juga digambarkan yang namanya pacaran harus mesum. Plus satu sendok teh cuteness, nuansa tanpa dosa di sini terasa sangat jebret. Menonton Ore Monogatari sama seperti obat yang membuat darah naik ke pipi, bikin saya nyengir-nyengir sendiri~ :3

Poin ini nggak bisa saya jabarkan banyak-banyak karena harus dirasakan sendiri sewaktu nonton. Pokoknya nggak ada drama lebay, nggak ada NTR, nggak ada segala macam kegelapan. Cukup duduk dan nikmati serangkaian kejadian bertabur "gula" di segala penjuru. 
*KREK* Bunyi tulang Suna yang remuk.

Musik! Saya suka opening theme-nya, Miraikei Answer dari Trustrick. Catchy dan terasa refreshing dengan irama nge-popnya, khususnya buat saya yang terbiasa denger klasik dan electronic music. Untuk ending theme-nya... secara pribadi saya kurang suka. Bukan berarti jelek, cuma bukan selera saya aja.
Kue yang dijepit Takeo itu seukuran tangannya Rinko...



Sekarang ke yang minus-minus. 

Buat Anda yang terbiasa baca review di Lunatic Moe, mungkin udah bisa tebak apa yang kurang dari anime ini. Satu hal yang biasanya udah saya omongin di atas-atas, tapi kali ini belum.

Apa itu?

Visual!

Karena mata saya sering dihantam serentetan anime berkualitas visual medium hingga high, Ore Monogatari ini bisa saya bilang kebanting. Jangan sekali-kali membandingkan dengan kemulusan artwork Charlotte. Jauh BANGET!

Meski saya ngambil fansub yang oke secara kualitas raw (FFF), background di Ore Monogatari tetap terasa hambar (dan karena itulah akhirnya saya ngambil speedsub Commie untuk 3 episode terakhir). Masih belum selevel dengan Non Non Biyori (dan Repeat) dengan background alamnya yang nendang. 

Desain karakter? Biasa. Yang nggak biasa cuma Takeo. Saya ngerti, maksud mangaka dan para staff animenya adalah menggambarkan karakter-karakter yang sedekat mungkin dengan realita (meski saya harus sedikit komplain dengan Amami Yukika). Tapi... sedih rasanya karena kurang detail. Apalagi anime ini mulainya satu season dengan Hibike! Euphonium, yang karakter-karakternya juga didesain secara realistis (nggak ada warna rambut dan mata aneh-aneh). Dalam segi detail, kalah jauh BANGET.

Warna-warnanya juga kurang tajam. Plastic Memories masih lebih baik dalam pewarnaan, apalagi Shigatsu wa Kimi no Uso dan Nagi no Asukara. Maksudnya memang agar nuansa anime ini lebih soft, tapi... nggak dapet. Masalahnya ada anime lain dari Madhouse (studio yang memproduksi anime ini) yang pernah saya tonton dengan gaya pewarnaan serupa, tapi nggak ada halus-halusnya dalam segi cerita. Walhasil, secara pribadi saya nggak bisa merasakan rasa halus-halus itu dari sekedar visual.

Bahkan Isshuukan Friends. masih lebih baik dalam segi penyampaian kehangatan dalam bentuk visual cute non-mainstream. Satu-satunya yang diandalkan di sini untuk menggambarkan suasana cute adalah trik ala shoujo manga klasik, dengan pipi yang nge-blush, deformed face, bunga-bunga, dan butir-butir cahaya.

Untunglah banyak faktor kelebihan menyelamatkan Ore Monogatari dari kelemahan yang satu ini.

*screaming like a girl inside*


---------------




Rating:

8.7/10 (B+ rank) untuk Ore Monogatari karena manis, manis, dan manis! Tentu berkat dukungan karakter-karakternya plus seiyuu yang mantap.

Direkomendasikan bagi yang mencari anime romance yang berbeda dari umumnya, dan mungkin juga buat yang membutuhkan dosis "gula" rutin.

One of the cutest couple I've ever seen~ :3

***