Saya yakin Anda semua sudah hafal nama mereka. |
Basic Information: http://anidb.net/perl-bin/animedb.pl?show=anime&aid=11746
Ngelantur Sebentar:
SELESAI SUDAH KELANJUTAN DARI SEASON 1! YEEEEEY!
DAN REINA CUMA DECOY!
AKWAOEKAOWKOAKE #heboh #digampar
Ehem. Oke, saya mulai review-nya.
Sinopsis:
Perjalanan klub musik SMA Kitauji menuju kompetisi nasional belumlah berakhir. Seiring latihan dijalani, masalah baru sudah mengintai.
Berdiri di tengah-tengahnya, sang euphonium, Oumae Kumiko. Awalnya, mengamati percik emosi si peniup oboe. Hingga pada akhirnya, menenun rantai jiwa dengan senior euphonium. Meski tak selalu mulus, langkahnya tak pernah putus.
Bersama melodi, sang euphonium bergema sekali lagi.
Review:
Kebingungan selalu melanda saya kalo udah namanya nulis review untuk season 2 dari suatu serial anime. Kali ini juga bingung, soalnya secara drama-dramaannya masih berkisar seputar anggota klub musik SMA Kitauji seperti musim lalu. Karena itu, seperti review season 2 yang sudah-sudah, saya point out apa yang lebih baik dari prekuelnya.
Symphony No. 1 - Opening Theme!
Seperti yang udah saya bilang di first impression, Soundscape dari True sukses bikin saya joget-joget sendiri jam 3 pagi, nggak lama setelah English sub episode 1-nya keluar. Berselang 13 episode pun lagu ini nggak bikin bosen sama sekali, bahkan nggak pernah saya lewatkan setiap kali nonton per minggunya. Juga bener-bener moodbooster yang efektif!
Symphony No. 2 - More Serious Atmosphere!
Nggak ada lagi main-main di awal, nggak ada lagi bercanda-bercanda di episode mula-mula. Episode 1 langsung punya pertanda serius di setengah bagian awal, yang terus bergulir hingga keseluruhan anime selesai. Semua episode juga pasti punya sesuatu untuk membawa plot selangkah lebih maju.
Symphony No. 3 - Storytelling!
KyoAni berhasil banget dalam storytelling di sini. Kadang ada permainan tampilan frame yang beralih ke titik-titik tertentu untuk menunjukkan sesuatu tanpa mengharuskan karakter-karakternya meluapkan emosi secara lebay, dan sesekali dibantu dengan audio secukupnya.
Contohnya ada beberapa. Di episode 1 sewaktu Nozomi dateng ke ruang kelas tempat bass section latihan, perubahan pandangan mata Asuka yang disorot dari deket berhasil nunjukin perasaan terganggu dari sang senpai padahal dia nggak meledak-ledak. Juga ada adegan singkat di episode 4 yang cuma nunjukkin tangan Kumiko mengepal erat sewaktu ngobrol sama Asuka, dan di situ tampak jelas kalo Kumiko sebenernya lagi marah/kesel tanpa harus jerit-jerit kesetanan. Saya juga suka sewaktu di episode 10 (kira-kira 19:07 - 19:17). Di situ nggak ditampilkan ekspresi Asuka secara gamblang, tapi emosi bahagia plus terharunya nyampe BANGET melalui sekedar tampilan blush dan permainan intonasi suara, saat ada Kumiko yang berani ngomong blak-blakan ketika menghadapi dirinya.
Yang paling jebret dan favorit saya ada di ujung episode 3. Saya cuma butuh melihat adegan itu untuk tahu kalo Asuka itu sebenernya punya suatu beban yang selalu disamarkannya dengan tampak hepi-hepi aja. Latar tempatnya cocok, musik yang dimainkan tepat guna. Posisi Asuka berdiri pun ditaruh secara pas banget untuk menyampaikan hal yang tadi saya sebutkan.
Tentunya masih ada banyak lagi. Tapi namanya juga contoh, nggak perlu disebut semuanya kan? :P
Symphony No. 4 - Episode 5!
Saya nggak tahu berapa puluh kosakata positif yang harus saya keluarkan untuk episode ini. Semua karena 7 MINUTES OF FULL PERFORMANCE! Pokoknya epic langit ketujuh!
Saya nggak berusaha lebay, tapi memang begitulah adanya. Kenapa?
Pertama, performa musik dari awal sampai akhir nggak ada sedetikpun yang beralih ke dialog/monolog nggak penting. Segala macam suara yangmenjadi pengalihan isu memotong musik dienyahkan dari peredaran, nggak seperti episode 13 prekuelnya.
Kedua, tempo peralihan frame. Di beberapa titik (apalagi di mendekati akhir ituuu aghrehgrahegrg), saya ngeliat frame-frame yang ada disusun agak cepet, sehingga berhasil memberikan kesan klimaks.
Ketiga, seperti yang saya katakan di poin sebelumnya, teknik storytelling. Ini alasan yang sangaaaatt menaikkan level episode 5 season 2 di mata saya. Kalo diinget-inget, episode 13 di prekuel nggak menampilkan apa yang ada di music sheet banyak orang, cuma 3 kalo nggak salah. Di episode 5 ini... ditambah! Detail kecil memang, tetapi tambahan tampilan music sheet unit-unit dan anggota lain dalam klub itu sukses besar dalam menggambarkan kontribusi, kebersamaan, serta usaha keras seluruh anggota klub demi mencapai tingkat kompetisi tersebut setelah melewati dapur perapian di musim pertama dan 1/3 bagian awal musim kedua. Keren lah! d(≧∀≦)
Symphony No. 5 - Deeper Characterization!
Musim kedua Hibike! Euphonium SANGAAATT sukses menggali karakter-karakter yang ada secara lebih mendalam. Jika di prekuel lebih berfokus kepada interaksi kolektif, maka kali ini beralih pada penggalian karakter per individu. Jelas nggak semuanya kebagian karena faktor durasi, tapi karakter yang masih misterius di prekuel langsung diungkap hingga tuntas.
Kita punya Yoroizuka Mizore dan Kasaki Nozomi yang menjadi mesin penggerak utama pada 4 episode awal. Berbeda dari pendahulunya yang kemungkinan akan "mengulik" efek keduanya terhadap keseluruhan klub, kali ini bener-bener fokus ke pergelutan masalah yang dialami Mizore dengan Nozomi sebagai pelatuknya. Kerennya lagi, problem tersebut juga diungkapkan melalui performa permainan oboe Mizore yang kaku, yang kemudian menjadi lebih smooth dan "hidup" setelah dramanya selesai.
Mengenai Taki-sensei? Terungkap! Alasan kenapa dia mau memimpin klub musik SMA Kitauji dibongkar secara gamblang. Dan seperti apa yang saya katakan di first impression, masa lalunya pun terkuak. Saya jelas belum pernah mengalami apa yang dia alami di anime, tapi... hei, saya bisa paham betul dan turut bersimpati terhadap motivasinya!
Siapa lagi? Oh iya,muh queen Kousaka Reina! Kali ini nggak dapet jatah terlalu banyak, tapi episode 11-nya udah bagus dalam mengungkap kenapa Reina bisa tertarik sama Taki-sensei. Lucu lho ngeliat cewek yang biasanya tenang-tenang cool lagi suka sama seseorang~ :3 Dan pastinya melekatkan lebih nempeeeell lagi si jenius terompet itu dengan Kumiko. (yuri detected #plak)
Masih ada! Tentu aja...Her Majesty, Tanaka Asuka! Bisa dikatakan kalo dialah bintang dari keseluruhan drama yang ada di season 2 ini. Semua hal tentang dirinya di prekuel yang nggak diceritakan dan nggak diutik-utik langsung dibongkar semua di sini. Dan ceritanya saya jadi lebih doyan sama Asuka daripada Reina.
Jika selama season 1 kita disuguhkan Asuka yang (kelihatannya) sanggup mengatasi segala masalah dan nggak terpengaruh suasana emosional demi mengeluarkan performa terbaik, di sini... buset deh. Udah nggak ngerti lagi saya, penggambaran betapa kompleksnya karakter yang satu ini bener-bener keren sangat. Development-nya jebret parah, dari yang keliatan happy-go-lucky dikupas secara elegan dan akhirnya ketahuan kalo sebenernya dia masih punya masalah layaknya manusia biasa. Di sini kita disuguhkan seorang yang bisa ceria, bisa sinis, punya motivasi pribadi, sampai punya kemampuan speaking yang bisa ngebawa emosi lawan bicara dan alur cerita (serta penontonnya). Serius, saya pengen ngejerit histeris rasanya gara-gara terlalu bahagia! Dan kalo diperhatikan baik-baik, motivasinya itu nggak asspull karena sebenernya penonton udah dikasih liat tanda-tanda samar (hint, silakan di-highlight kalo mau tau: buku tutorial euphonium yang beberapa kali disorot secara dekat) sebelumnya.
Dan sebagai pamungkas, pastinya buat karakter utama kita, Oumae Kumiko!
Plis deh Mr. Author (atau KyoAni, seandainya karakter Kumiko diutak-atik), kenapa Anda (atau kalian) bisa banget ngebentuk karakter utama sebagus ini?! Kompleksitas karakternya nggak kalah denganHer Majesty Asuka-senpai karena Kumiko sama-sama menghadapi gejolak dari 2 dimensi berbeda. Bagusnya lagi, dia sanggup menghadapi keduanya dengan cara yang enak untuk ditonton.
Saya SELALU suka cara Kumiko dalam mengorek dan mengatasi problem yang ada di sekitarnya, yang selalu disuguhkan dengan asik. Inget, ini bukan genre misteri, sehingga saya nggak butuh protagonis berotak encer nan jenius. Yang saya butuhkan cuma problem solving yang selalu berdasar pada ciri khas karakter utamanya. Dan Kumiko sukses BESAR! Seru rasanya ngeliat Kumiko yang berusaha menghadapi sesuatu tapi setengah ragu-ragu, bahkan terkadang "dipaksa tekanan eksternal secara halus" agar mau melangkah. Tapi lewat proses itulah "wajah asli" Kumiko terkuak. Seseorang yang biasanya menunjukkan gestur keraguan, namun selalu punya kepedulian dan komunikasi yang tepat sasaran. Nggak cuma itu, ternyata Kumiko bisa memiliki kedekatan emosional mendalam dan anget-anget rada unyu! :3
10/10? Nggak. Jelas BANGET ada yang kurang dibanding season 1-nya, yang saya rasa salah satu di antaranya nggak memerlukan ketelitian ekstra untuk bisa diketahui. Saya sendiri menangkap ada 2.
Pertama, musik.
Memang ada 3 kali "manggung" di sepanjang anime, tapi... sebagai penyuka musik klasik, berkurang sudah sesuatu yang bisa bikin saya "Ah! Yang ini tau nih! Yang ini pernah denger!" Satu-satunya komposisi klasik yang saya temui cuma ada di episode 5 dan cuma selewat (pada adegan sewaktu ada acara kompetisi di TV), yaitu Rhapsody on a Theme of Paganini bikinannya Sergei Rachmaninoff. Sisanya... kayaknya nggak ada.
Kedua, komposisi.
Empat episode pertama itu sebenernya bagus... jika ditayangkan terpisah. Secara drama internalnya sih lumayan, dan emosinya cukup nyampe ke saya. Sayangnya, ini menjadikan keseluruhan komposisi Hibike! Euphonium 2 keliatan patah. Walhasil, flow cerita di musim keduanya nggak semulus prekuel. Peran Mizore dan Nozomi langsung terjun bebas setelah pergelutan mereka usai, nggak ada fungsinya lagi bagi kemajuan klub musik yang sedang berusaha untuk masuk tingkat kompetisi yang lebih tinggi. Peran pendukung seperti Yoshikawa Yuuko (si drama queen itu) yang sangat baik dalam menambahkan "cabe rawit" dalam keempat episode pertama juga langsung menyingkir dari panggung pasca episode 4 dan kembali jadi pajangan.
Dan satu lagi yang bikin nilai komposisi ceritanya menurun adalah... episode 12. Saya nggak ngerti apa yang ada di pikiran para staff yang mengerjakan anime ini, tapi episode 12 itu SANGAT ANTI-KLIMATIK. Saya nggak mempermasalahkan hasil kompetisinya, tetapi bener-bener nggak berimbang kalo di setengah episode awal penontonnya udah dilempar sesuatu yang epic-nya luar biasa, terus dikasih episode penultimate yang... blassss... nggak ada performa musiknya sama sekali. Masalahnya ini final, Bung. FINAL! NASIONAL pula! Sesuatu yang menjadi tujuan akhir klub musik SMA Kitauji yang udah digembleng sedemikian rupa, malah nggak ada penampilan main musiknya sama sekali!! ARGGGGGGGHHH #gebrakmeja
Iya, performa episode 13 nggak bisa membayar itu semua. Heartwarming sih, tapi... gitu deh, puasnya tetep nggak lunas. Cuma "sesuatu" di ujung episode 13 aja yang bikin sedikit lebih bagus secara teknis komposisi, karena menjawab apa yang ditampilkan pada beberapa detik awal episode 1.
Well, internal komposisinya sendiri memang nggak membayar lunas, tetapi karakterisasinya bisa menutupi nilai sehingga nggak jatoh di bawah pendahulunya.
Rating:
9.2/10 (A rank) untuk Hibike! Euphonium 2 karena opening theme yang lebih nikmat, pengisahan drama yang keren sangat, serta penggalian karakter yang makin memikat. Oh ya, saya nggak perlu komentari visualnya kan? :)
Direkomendasikan bagi penyuka drama non-romantik, dan tentu bagi yang penasaran akan kelanjutan dari musim pertamanya.
Berdiri di tengah-tengahnya, sang euphonium, Oumae Kumiko. Awalnya, mengamati percik emosi si peniup oboe. Hingga pada akhirnya, menenun rantai jiwa dengan senior euphonium. Meski tak selalu mulus, langkahnya tak pernah putus.
Bersama melodi, sang euphonium bergema sekali lagi.
And her charm worked successfully! :) |
Review:
Kebingungan selalu melanda saya kalo udah namanya nulis review untuk season 2 dari suatu serial anime. Kali ini juga bingung, soalnya secara drama-dramaannya masih berkisar seputar anggota klub musik SMA Kitauji seperti musim lalu. Karena itu, seperti review season 2 yang sudah-sudah, saya point out apa yang lebih baik dari prekuelnya.
Lebih baik karena ada yuri Mk.II #apasih |
Symphony No. 1 - Opening Theme!
Seperti yang udah saya bilang di first impression, Soundscape dari True sukses bikin saya joget-joget sendiri jam 3 pagi, nggak lama setelah English sub episode 1-nya keluar. Berselang 13 episode pun lagu ini nggak bikin bosen sama sekali, bahkan nggak pernah saya lewatkan setiap kali nonton per minggunya. Juga bener-bener moodbooster yang efektif!
Symphony No. 2 - More Serious Atmosphere!
Nggak ada lagi main-main di awal, nggak ada lagi bercanda-bercanda di episode mula-mula. Episode 1 langsung punya pertanda serius di setengah bagian awal, yang terus bergulir hingga keseluruhan anime selesai. Semua episode juga pasti punya sesuatu untuk membawa plot selangkah lebih maju.
DEK TELOLET DEK |
Symphony No. 3 - Storytelling!
KyoAni berhasil banget dalam storytelling di sini. Kadang ada permainan tampilan frame yang beralih ke titik-titik tertentu untuk menunjukkan sesuatu tanpa mengharuskan karakter-karakternya meluapkan emosi secara lebay, dan sesekali dibantu dengan audio secukupnya.
Contohnya ada beberapa. Di episode 1 sewaktu Nozomi dateng ke ruang kelas tempat bass section latihan, perubahan pandangan mata Asuka yang disorot dari deket berhasil nunjukin perasaan terganggu dari sang senpai padahal dia nggak meledak-ledak. Juga ada adegan singkat di episode 4 yang cuma nunjukkin tangan Kumiko mengepal erat sewaktu ngobrol sama Asuka, dan di situ tampak jelas kalo Kumiko sebenernya lagi marah/kesel tanpa harus jerit-jerit kesetanan. Saya juga suka sewaktu di episode 10 (kira-kira 19:07 - 19:17). Di situ nggak ditampilkan ekspresi Asuka secara gamblang, tapi emosi bahagia plus terharunya nyampe BANGET melalui sekedar tampilan blush dan permainan intonasi suara, saat ada Kumiko yang berani ngomong blak-blakan ketika menghadapi dirinya.
Yang paling jebret dan favorit saya ada di ujung episode 3. Saya cuma butuh melihat adegan itu untuk tahu kalo Asuka itu sebenernya punya suatu beban yang selalu disamarkannya dengan tampak hepi-hepi aja. Latar tempatnya cocok, musik yang dimainkan tepat guna. Posisi Asuka berdiri pun ditaruh secara pas banget untuk menyampaikan hal yang tadi saya sebutkan.
Tentunya masih ada banyak lagi. Tapi namanya juga contoh, nggak perlu disebut semuanya kan? :P
This scene. THIS SCENE. AAARRGGGHHH!! |
Symphony No. 4 - Episode 5!
Saya nggak tahu berapa puluh kosakata positif yang harus saya keluarkan untuk episode ini. Semua karena 7 MINUTES OF FULL PERFORMANCE! Pokoknya epic langit ketujuh!
Saya nggak berusaha lebay, tapi memang begitulah adanya. Kenapa?
Pertama, performa musik dari awal sampai akhir nggak ada sedetikpun yang beralih ke dialog/monolog nggak penting. Segala macam suara yang
Kedua, tempo peralihan frame. Di beberapa titik (apalagi di mendekati akhir ituuu aghrehgrahegrg), saya ngeliat frame-frame yang ada disusun agak cepet, sehingga berhasil memberikan kesan klimaks.
Ketiga, seperti yang saya katakan di poin sebelumnya, teknik storytelling. Ini alasan yang sangaaaatt menaikkan level episode 5 season 2 di mata saya. Kalo diinget-inget, episode 13 di prekuel nggak menampilkan apa yang ada di music sheet banyak orang, cuma 3 kalo nggak salah. Di episode 5 ini... ditambah! Detail kecil memang, tetapi tambahan tampilan music sheet unit-unit dan anggota lain dalam klub itu sukses besar dalam menggambarkan kontribusi, kebersamaan, serta usaha keras seluruh anggota klub demi mencapai tingkat kompetisi tersebut setelah melewati dapur perapian di musim pertama dan 1/3 bagian awal musim kedua. Keren lah! d(≧∀≦)
Yuri Mk.III #plak |
Symphony No. 5 - Deeper Characterization!
Musim kedua Hibike! Euphonium SANGAAATT sukses menggali karakter-karakter yang ada secara lebih mendalam. Jika di prekuel lebih berfokus kepada interaksi kolektif, maka kali ini beralih pada penggalian karakter per individu. Jelas nggak semuanya kebagian karena faktor durasi, tapi karakter yang masih misterius di prekuel langsung diungkap hingga tuntas.
Kita punya Yoroizuka Mizore dan Kasaki Nozomi yang menjadi mesin penggerak utama pada 4 episode awal. Berbeda dari pendahulunya yang kemungkinan akan "mengulik" efek keduanya terhadap keseluruhan klub, kali ini bener-bener fokus ke pergelutan masalah yang dialami Mizore dengan Nozomi sebagai pelatuknya. Kerennya lagi, problem tersebut juga diungkapkan melalui performa permainan oboe Mizore yang kaku, yang kemudian menjadi lebih smooth dan "hidup" setelah dramanya selesai.
Mengenai Taki-sensei? Terungkap! Alasan kenapa dia mau memimpin klub musik SMA Kitauji dibongkar secara gamblang. Dan seperti apa yang saya katakan di first impression, masa lalunya pun terkuak. Saya jelas belum pernah mengalami apa yang dia alami di anime, tapi... hei, saya bisa paham betul dan turut bersimpati terhadap motivasinya!
Siapa lagi? Oh iya,
Masih ada! Tentu aja...
Jika selama season 1 kita disuguhkan Asuka yang (kelihatannya) sanggup mengatasi segala masalah dan nggak terpengaruh suasana emosional demi mengeluarkan performa terbaik, di sini... buset deh. Udah nggak ngerti lagi saya, penggambaran betapa kompleksnya karakter yang satu ini bener-bener keren sangat. Development-nya jebret parah, dari yang keliatan happy-go-lucky dikupas secara elegan dan akhirnya ketahuan kalo sebenernya dia masih punya masalah layaknya manusia biasa. Di sini kita disuguhkan seorang yang bisa ceria, bisa sinis, punya motivasi pribadi, sampai punya kemampuan speaking yang bisa ngebawa emosi lawan bicara dan alur cerita (serta penontonnya). Serius, saya pengen ngejerit histeris rasanya gara-gara terlalu bahagia! Dan kalo diperhatikan baik-baik, motivasinya itu nggak asspull karena sebenernya penonton udah dikasih liat tanda-tanda samar (hint, silakan di-highlight kalo mau tau: buku tutorial euphonium yang beberapa kali disorot secara dekat) sebelumnya.
Dan sebagai pamungkas, pastinya buat karakter utama kita, Oumae Kumiko!
Plis deh Mr. Author (atau KyoAni, seandainya karakter Kumiko diutak-atik), kenapa Anda (atau kalian) bisa banget ngebentuk karakter utama sebagus ini?! Kompleksitas karakternya nggak kalah dengan
Saya SELALU suka cara Kumiko dalam mengorek dan mengatasi problem yang ada di sekitarnya, yang selalu disuguhkan dengan asik. Inget, ini bukan genre misteri, sehingga saya nggak butuh protagonis berotak encer nan jenius. Yang saya butuhkan cuma problem solving yang selalu berdasar pada ciri khas karakter utamanya. Dan Kumiko sukses BESAR! Seru rasanya ngeliat Kumiko yang berusaha menghadapi sesuatu tapi setengah ragu-ragu, bahkan terkadang "dipaksa tekanan eksternal secara halus" agar mau melangkah. Tapi lewat proses itulah "wajah asli" Kumiko terkuak. Seseorang yang biasanya menunjukkan gestur keraguan, namun selalu punya kepedulian dan komunikasi yang tepat sasaran. Nggak cuma itu, ternyata Kumiko bisa memiliki kedekatan emosional mendalam dan anget-anget rada unyu! :3
Reina.zip |
Asuka.zip |
10/10? Nggak. Jelas BANGET ada yang kurang dibanding season 1-nya, yang saya rasa salah satu di antaranya nggak memerlukan ketelitian ekstra untuk bisa diketahui. Saya sendiri menangkap ada 2.
SIKAT CAPLOK EMUT #duar |
Pertama, musik.
Memang ada 3 kali "manggung" di sepanjang anime, tapi... sebagai penyuka musik klasik, berkurang sudah sesuatu yang bisa bikin saya "Ah! Yang ini tau nih! Yang ini pernah denger!" Satu-satunya komposisi klasik yang saya temui cuma ada di episode 5 dan cuma selewat (pada adegan sewaktu ada acara kompetisi di TV), yaitu Rhapsody on a Theme of Paganini bikinannya Sergei Rachmaninoff. Sisanya... kayaknya nggak ada.
Tujuan dari screenshot ini adalah untuk memicu rasa penasaran. :P |
Kedua, komposisi.
Empat episode pertama itu sebenernya bagus... jika ditayangkan terpisah. Secara drama internalnya sih lumayan, dan emosinya cukup nyampe ke saya. Sayangnya, ini menjadikan keseluruhan komposisi Hibike! Euphonium 2 keliatan patah. Walhasil, flow cerita di musim keduanya nggak semulus prekuel. Peran Mizore dan Nozomi langsung terjun bebas setelah pergelutan mereka usai, nggak ada fungsinya lagi bagi kemajuan klub musik yang sedang berusaha untuk masuk tingkat kompetisi yang lebih tinggi. Peran pendukung seperti Yoshikawa Yuuko (si drama queen itu) yang sangat baik dalam menambahkan "cabe rawit" dalam keempat episode pertama juga langsung menyingkir dari panggung pasca episode 4 dan kembali jadi pajangan.
Dan satu lagi yang bikin nilai komposisi ceritanya menurun adalah... episode 12. Saya nggak ngerti apa yang ada di pikiran para staff yang mengerjakan anime ini, tapi episode 12 itu SANGAT ANTI-KLIMATIK. Saya nggak mempermasalahkan hasil kompetisinya, tetapi bener-bener nggak berimbang kalo di setengah episode awal penontonnya udah dilempar sesuatu yang epic-nya luar biasa, terus dikasih episode penultimate yang... blassss... nggak ada performa musiknya sama sekali. Masalahnya ini final, Bung. FINAL! NASIONAL pula! Sesuatu yang menjadi tujuan akhir klub musik SMA Kitauji yang udah digembleng sedemikian rupa, malah nggak ada penampilan main musiknya sama sekali!! ARGGGGGGGHHH #gebrakmeja
Iya, performa episode 13 nggak bisa membayar itu semua. Heartwarming sih, tapi... gitu deh, puasnya tetep nggak lunas. Cuma "sesuatu" di ujung episode 13 aja yang bikin sedikit lebih bagus secara teknis komposisi, karena menjawab apa yang ditampilkan pada beberapa detik awal episode 1.
Well, internal komposisinya sendiri memang nggak membayar lunas, tetapi karakterisasinya bisa menutupi nilai sehingga nggak jatoh di bawah pendahulunya.
Me too... (T__T) |
---------------
Rating:
9.2/10 (A rank) untuk Hibike! Euphonium 2 karena opening theme yang lebih nikmat, pengisahan drama yang keren sangat, serta penggalian karakter yang makin memikat. Oh ya, saya nggak perlu komentari visualnya kan? :)
Direkomendasikan bagi penyuka drama non-romantik, dan tentu bagi yang penasaran akan kelanjutan dari musim pertamanya.
The eternal euphonium. |
***